Indonesia dan Korea bekerja sama untuk mengembangkan ekosistem bus listrik (e-bus) di Bali sebagai langkah signifikan menuju transportasi berkelanjutan. Proyek ambisius ini bertujuan untuk mengalihragamkan sistem transportasi umum di Bali sejalan dengan upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Kolaborasi ini diresmikan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) oleh Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Republik Indonesia, dan Jaeseung Lee, Country Representative GGGI di Indonesia dan Deputi Direktur Regional Asia Timur Laut, di Bali pada tanggal 13 Desember 2023. Penandatanganan ini turut disaksikan oleh Suy Hyun Lee, Direktur Biro Perubahan Iklim dan Kerja Sama Internasional Kementerian Lingkungan Hidup Republik Korea.
Deputi Vivi menyoroti pentingnya inisiatif ini sebagai bagian dari upaya transisi energi Indonesia dan visi “Indonesia Emas 2045”. Beliau menyebutkan bahwa sektor transportasi diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan, hingga 9,93 persen, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Bappenas bekerja sama dengan mitra internasional dengan fokus untuk menciptakan ekosistem dan infrastruktur yang mendukung e-bus tanpa emisi.
Sebagai mitra pelaksana, GGGI akan melaksanakan uji coba sistem kendaraan listrik dan pengembangan peta jalan investasi transportasi hijau di Bali. Proyek senilai KRW 11 miliar (sekitar US$8,8 juta) ini akan berlangsung hingga Desember 2027. Mencakup berbagai fase, termasuk studi kelayakan, implementasi, pembiayaan, dan penyebaran e-bus serta infrastruktur yang diperlukan, seperti stasiun pengisian daya di Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan (Sarbagita), dan Klungkung. Jaeseung Lee menekankan bahwa dukungan GGGI dimulai dengan e-bus di Bali yang dilanjutkan dengan rencana untuk memperluas model ini ke wilayah lain.
Suy Hyun Lee yakin bahwa kemitraan ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan global untuk mengurangi emisi sebesar 45 persen pada tahun 2030 dan mencapai nol emisi global pada tahun 2050. Kerja sama ini menandai tonggak sejarah dalam kemitraan strategis 50 tahun antara Indonesia dan Korea, khususnya di sektor lingkungan.
Indonesia berkomitmen untuk memenuhi komitmen lingkungan globalnya, dengan target pengurangan emisi GRK sebesar 32 hingga 43 persen pada tahun 2030 dan mencapai nol emisi pada tahun 2060 atau lebih awal. Kebijakan transisi energi Indonesia berfokus pada kebersihan dan distribusi energi yang adil dan berkelanjutan. Dalam skenario nol emisi, Pemerintah Indonesia berfokus pada elektrifikasi kendaraan pribadi dan penggunaan energi hidrogen untuk moda transportasi yang lebih berat, seperti bus dan truk.