Bangunan Gedung Rendah Karbon untuk Mencapai Ambisi Iklim Indonesia



Jakarta, Indonesia 23 September 2024 – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor bangunan gedung melalui perencanaan dan implementasi bangunan gedung rendah karbon, sebagai bagian dari upaya mencapai ambisi iklim di Indonesia.

 

Sesuai Peta Jalan Implementasi Nationally Determined Contribution (NDC) Mitigasi, sebagai bagian dari kontribusi pengurangan emisi GRK dari sektor energi, sub-sektor bangunan gedung komersial dan sub-sektor rumah tangga ditargetkan untuk menurunkan emisi GRK sebesar masing-masing 1,91 juta ton CO₂e dan 25,87 juta ton CO₂e melalui upaya efisiensi energi sampai dengan tahun 2030. Komitmen ini disampaikan pada acara kick-off dan pertemuan pertama komite pengarah proyek Asia Low-Carbon Buildings Transition (ALCBT) di Jakarta.

 

“Sektor bangunan gedung merupakan salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca di Indonesia. Efisiensi energi dalam penerapan Bangunan Gedung Hijau (BGH) sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang berfokus pada pembangunan rendah karbon,” ungkap Diana Kusumastuti, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR.

 

Peserta di acara kick-off dan pertemuan pertama komite pengarah proyek Asia Low-Carbon Buildings Transition (ALCBT) di Jakarta.

 

Proyek ALCBT merupakan suatu kolaborasi antara Global Green Growth Institute (GGGI) Indonesia, ASEAN Centre for Energy (ACE), HEAT International, dan Energy Efficiency Services Limited (EESL) bersama dengan Pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Kementerian PUPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Proyek ini dijalankan melalui pendanaan dari International Climate Initiative (IKI), sebuah lembaga di bawah Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim (BMWK).

 

Menurut Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau 2024, penggunaan energi di sektor bangunan gedung adalah penyumbang emisi gas rumah kaca rata-rata sebesar 33% dari tahun 2011-2021. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk mendorong pelaksanaan kewajiban manajemen energi di semua sektor, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi.

 

Proyek ALCBT diharapkan menjadi salah satu solusi penurunan emisi di sektor tersebut secara signifikan hingga tahun 2028. Selain di Indonesia, proyek ini juga dijalankan di empat negara Asia lainnya yaitu India, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.

 

Kegiatan diawali dengan arahan strategis dari Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, serta Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM. Dalam sambutannya, mereka menyampaikan harapan terhadap proyek ALCBT.

 

“Proyek ini bisa mendukung upaya transisi energi melalui penyelenggaraan bangunan gedung rendah karbon yang juga menjangkau gedung-gedung yang dikelola Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari 4.751 bangunan gedung Pemerintah yang wajib melaksanakan dan melaporkan manajemen energi, diasumsikan bahwa dengan menghemat energi sebesar 19% saja, Kementerian ESDM menghitung penurunan emisi dapat mencapai 1.06 juta ton CO₂e,” ujar Hendra Iswahyudi, Direktur Konservasi Energi, yang pada kesempatan ini mewakilkan Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM.

 

Ambolas Manalu, Senior Associate for Energy Efficiency GGGI Indonesia, juga menyampaikan tantangan dari program ALCBT. “Dekarbonisasi bangunan gedung di Indonesia yang perlu dilakukan tidak hanya dari segi konsumsi energi, namun juga mengukur, melaporkan, dan verifikasi karbon yang dihasilkan dari konstruksi suatu gedung seperti jenis material, transportasi material, dan juga limbah konstruksi. Hal ini juga dikenal sebagai embodied carbon dalam sektor bangunan gedung, dan saat ini masih sangat kompleks untuk direncanakan di Indonesia,” ujar Ambolas.

 

ALCBT akan menerapkan pendekatan komprehensif dengan menggunakan perencanaan teknis dan alat kelembagaan yang telah terbukti efektif dalam konteks lain. Keterlibatan para pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta akan menjadi kunci dalam proses implementasi, memastikan partisipasi dan kepemilikan yang luas terhadap inisiatif ini.

 

Tentang ALCBT

 

Proyek Asia Low Carbon Buildings Transition (ALCBT) berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dengan mengkatalisasi transisi nasional menuju bangunan rendah karbon di Kamboja, India, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Pelajari lebih lanjut.