Green Bond Bootcamp di Jakarta



Pada tanggal 22-23 Juli 2019, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bekerja sama dengan GGGI dan United Nations Development Programme (UNDP) menyelenggarakan “Climate Bonds Initiative Green Bond Boot Camp”, bertempat di Le Meridian Hotel, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Bappenas mengundang Climate Bonds Initiative (CBI) sebagai pakar ahli yang memberikan pelatihan teknis. Bootcamp ini merupakan kali pertama diadakan di Indonesia.

 

Bootcamp ini bertujuan mengembangkan pendanaan alternatif untuk mencapai target-target nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut dirancang dengan format lokakarya dan mengundang berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pendanaan dan pembangunan. Salah satunya adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI yang tengah bekerja sama dengan GGGI dalam mengembangkan pendanaan hijau untuk proyek infrastruktur.

 

Penerbitan green bonds masih tergolong sedikit di pasar modal Indonesia. Padahal, instrumen ini memiliki potensi pasar yang cukup besar di tanah air. Pemerintah Indonesia sendiri terbilang cukup rajin menerbitkan instrumen pendanaan ini. Terakhir, pemerintah telah merilis green sukuk di pasar global senilai total USD 2 miliar. Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga berencana menerbitkan green bonds senilai USD 500 juta pada semester pertama tahun ini. Namun, jika mundur ke belakang, perusahaan yang menerbitkan green bonds di Indonesia masih tergolong sedikit. Sejauh ini, baru PT SMI dan PT Bank OCBC NISP Tbk yang menerbitkan green bonds masing-masing senilai Rp 500 miliar dan Rp 2 trilliun, tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun lalu.

 

Green bonds adalah instrumen yang sudah tidak asing lagi di pasar global. Instrumen ini sudah ada sejak tahun 2007 lalu ketika European Investment Bank menerbitkan green bonds atau climate awareness bond senilai EUR 1 miliar. Namun, baru dalam 5 tahun terakhir tren penerbitan green bonds mulai marak di berbagai negara maju. Hal ini seiring meningkatnya kesadaran investor global untuk mengalokasikan sebagian portofolionya untuk instrumen berwawasan lingkungan. Sayangnya, sebagian investor di Indonesia belum akrab dengan green bonds sehingga berpengaruh terhadap permintaan instrumen tersebut. Di samping itu, sebagian besar perusahaan di Indonesia lebih terbiasa menerbitkan obligasi konvensional ketimbang green bonds. Namun, Pemerintah Indonesia yakin bahwa Indonesia adalah pasar baru yang memiliki prospek besar untuk investasi green bonds, selain juga menjadi peluang yang besar untuk perkembangan instrumen green bonds di ASEAN.