Mengenal Lebih Lanjut tentang eCBA




Lokakarya tentang pemahaman konsep pertumbuhan hijau sekaligus memperkenalkan alat Analisis Biaya Manfaat yang Diperluas (Extended Cost Benefit Analysis/eCBA) untuk staf teknis Bappeda Balikpapan telah dilakukan pada tanggal 4 Agustus.

Berbagai instansi pelaksana rencana pembangunan kota di Balikpapan mengirim staf ke pelatihan. Lokakarya ini dihadiri oleh 16 orang dari berbagai instansi, termasuk lembaga perlindungan hutan dan pusat pendidikan lingkungan, serta juga para akademisi.

 

Lokakarya ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan fase 1 di mana GGGI mulai memperluas rencana transportasi umum di Balikpapan. Tujuan dari lokakarya adalah untuk membentuk dan memperkuat pemikiran sistematis staf teknis di Balikpapan menggunakan alat-alat pengukuran kinerja pertumbuhan hijau dan juga eCBA dalam tugas sehari-hari. Para pemangku kepentingan memahami bahwa pemilihan proyek harus didefinisikan secara terpadu dan berkelanjutan.

 

GGGI menjelaskan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan hubungannya dengan pertumbuhan hijau. Para perencana harus memprioritaskan hasil pertumbuhan hijau dari suatu proyek dengan menggunakan proses penilaian pertumbuhan hijau untuk menganalisa rencana kabupaten dan sektor; mengembangkan pemahaman tentang pentingnya indikator pertumbuhan hijau; dan bagaimana mengintegrasikan pertumbuhan hijau dalam rencana pembangunan daerah.

 

Sesi perancangan Jalur Dampak (Impact Pathway/IPW) menarik minat paling banyak di antara para peserta. Peserta dibagi dalam dua kelompok, untuk merancang IPW penggunaan limbah padat di Kawasan Industri Kariangau dan untuk IPW pengembangan jalan pesisir. Latihan ini memberikan peluang yang sangat baik untuk mulai berpikir tentang penilaian sistematis mengenai potensi hasil pertumbuhan hijau dari proyek-proyek yang sedang berlangsung saat ini dan memberikan pilihan untuk mendesain ulang.

 

Sesi lain yang menarik banyak minat adalah penilaian modal alam. Tim GGGI memandu cara-cara menentukan nilai ekonomi dan nilai keuangan sebagai titik awal sebelum menggunakan alat eCBA. Sebagai latihan, para peserta membagi diri dalam beberapa kelompok dan membahas bagaimana menerapkan kerangka kerja ekonomi terhadap proyek yang dipilih.

 

Tanggapan terhadap lokakarya cukup positif. Semua peserta memberikan respon ‘baik’ atau ‘luar biasa’ sehubungan dengan (i) kegunaan materi pelatihan dalam membantu memahami substansi dan materi dari lokakarya, (ii) kemungkinan penerapan alat eCBA dalam mengelola proyek, (iii) kegunaan pelatihan dalam mendukung pekerjaan, (iv) kualitas materi pelatihan, dan (v) kebutuhan pelatihan tambahan.

 

Para peserta menyarankan bahwa pelatihan di masa depan harus lebih diterapkan menggunakan lebih banyak studi kasus; mengalokasikan lebih banyak waktu untuk memberikan presentasi materi secara mendalam; mengembangkan bahan studi kasus yang relevan untuk proyek perkotaan besar di Balikpapan (Zona Industri Kariangau atau pengembangan jalan pesisir); serta menentukan pilihan peserta lebih berhati-hati untuk menyesuaikan pelatihan dengan kebutuhan khusus dari lembaga (lihat ringkasan terlampir dari evaluasi).