Membuka Jalan untuk Mempercepat Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia




Indonesia berada pada awal masa depan energi yang lebih bersih, dan GGGI mendukungnya dengan memfasilitasi diskusi tentang solusi untuk memungkinkan proyek-proyek energi terbarukan yang cepat.

 

Inilah awal dari masa depan energi yang lebih bersih. Indonesia terus mempromosikan upaya untuk meningkatkan energi terbarukan dalam bauran energinya, mengikuti target ambisius untuk mengurangi emisi sesuai dengan Perjanjian Paris. Indonesia menargetkan pengurangan emisi hingga 29% dengan upayanya sendiri dan hingga 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030, seperti yang dijelaskan dalam Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (Nationally Determined Contribution/NDC). Proporsi target pengurangan emisi dari sektor energi adalah 11%. Pemerintah juga menargetkan sebesar 23% energi di Indonesia harus berasal dari energi baru dan terbarukan paling lambat tahun 2025.

 

Pada saat yang sama, biaya energi terbarukan menurun secara signifikan di seluruh dunia—khususnya untuk panel surya (solar PV)—yang saat ini mencapai titik terendah. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak ada indikasi kenaikan biaya dalam waktu dekat. Penurunan biaya teknologi, peningkatan kapasitas, dan metodologi pengadaan yang lebih baik telah memainkan peran kunci dalam menurunkan biaya proyek dan membuat energi terbarukan menjadi lebih terjangkau.

 

Dengan peluang ini, GGGI Indonesia mendukung Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) untuk mengeksplorasi opsi-opsi peningkatan investasi pada energi terbarukan di acara Indonesia EBTKE ConEx 2017, yakni konferensi dan pameran energi terbarukan dan energi bersih terbesar di Nusantara. GGGI menyelenggarakan sesi khusus untuk membahas metodologi praktis untuk memungkinkan pengembangan energi terbarukan yang cepat di Indonesia, khususnya untuk solar PV.

 

Berbagi pengalaman dan keahlian dalam sesi tersebut adalah Direktur China Renewable Energy Engineering Institute (CREEI) Wang Jixue, Direktur Solar Energy Corporation of India (SECI) Ashvini Kumar dan Direktur Energy Strategy Development Group from the Energy Policy and Planning Office (EPPO) dari Kementerian Energi Thailand Tanongsak Wongla. Mereka membawa ke lantai diskusi berbagai langkah, kebijakan dan insentif untuk mendorong dan memajukan proyek energi terbarukan di negara mereka.

 

Selain itu, Nur Syamsu, Manajer Senior Pengadaan dan Pengendalian Divisi Energi Terbarukan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyajikan potensi khusus di sektor energi Indonesia. Dengan potensi energi terbarukan yang tinggi di Indonesia, PLN berencana untuk menghasilkan 21,5 GW listrik dari sumber terbarukan pada tahun 2026.

 

Sesi ini menyimpulkan beberapa poin kunci yang dapat mendorong dan mempercepat proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia:

 

1. Belajar dari Cina, India dan Thailand, Indonesia dapat menyiapkan dana khusus yang didukung oleh kebijakan tentang energi terbarukan. Dana energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk membangun infrastruktur jaringan dan menawarkan lebih banyak subsidi untuk proyek-proyek pembangunan.
2. Indonesia dapat memberlakukan struktur tarif listrik progresif untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan yang lebih besar.
3. Indonesia dapat menyediakan lebih banyak insentif atau kemudahan bisnis bagi pengembang, untuk integrasi grid, pembebasan lahan dan skema-skema alternatif.
4. Indonesia dapat menawarkan feed-in-tariff (FIT) yang lebih layak dan mengendurkan status ‘wajib-jalan’ (must-run) pada semua pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.

 

Pemerintah Indonesia juga berencana untuk meluncurkan lebih banyak insentif fiskal untuk mendorong sektor energi terbarukan dan memenuhi target bauran energi serta target pengurangan emisi. Dengan menindaklanjuti saran yang dihasilkan dari sesi EBTKE, negara ini membuka jalan yang lebih cerah untuk masa depan yang lebih bersih.